Senin, 10 Juni 2013

Bedah Kisi-Kisi dan soal UKA 2012 Bahasa Indonesia

Rangkuman Materi
Di sini akan kami jabarkan dari StandarKompetensi Kisi-Kisi UKG.
Selamat membaca.
1. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan bahasa Indonesia yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia SD/MI.
1.1. Memilih, menata, dan merepresentasi materi ajar bahasa Indonesia SD berdasarkan pemahaman tentang bagaimana siswa belajar bahasa Indonesia
1.1.1. Menganalisis karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD Ross dan Roe (Zuchdi dan Budiasih, 1997) membagi fase/tahap perkembangan bahasa anak seperti berikut.
Perkembangan membaca terjadi atas beberapa fase, yaitu sebagai berikut.
Fase kesatu, kelas I dan kelas II, anak usia 7 dan 8 tahun, sudah dapat membaca lancar dalam cerita sederhana. Mereka sudah mengenal huruf, suku kata, dan kata untuk keperluan membaca tersebut.
Fase kedua, kelas III dan kelas IV, anak sudah dapat menganalisis kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya
Fase ketiga, kelas IV sampai SLTP, pembelajaran membaca sudah meningkat bukan lagi pengenalan tulisan, melainkan sudah pada tingkat pemahaman bahan bacaan. (Owens dalam Zuchdi, 1996/1997:20—21).
1.1.2. Memilih materi ajar aspek membaca di kelas rendah SD
Pembelajaran membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya.
Secara garis besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.
Hal ini mencakup:
(a) pengenalan bentuk huruf;
(b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
(c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan baha n tertulis);
(d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi.
Hal ini mencakup:
(a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
(b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
(c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
(d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton (etal)
Memilih materi ajar Membaca dan Menulis Permulaan(MMP) yang cocok guru perlu mempertimbangkan tingkat kesesuian materi itu dengan tema, dan fokus pembicaraan. Meskipun tema-tema itu bukan merupakan bahan ( isi pelajaran ) yang harus diajarkan, namun penyajian pembelajaran yang didasarkan atas tema-tema tertentu akan lebih mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa dan guru.
Tema merupakan alat untuk melakukan kegiatan berbahasa, dan merupakan payung yang membungkus kemasan pembelajaran bahasa Indonesia.
Beberapa alternatif tema yang ditawarkan untuk setiap semester dan peringkat kelas sbb:
1. Diri sendiri
2. Keluarga
3. Pengalaman
4. Budi pekerti
5. Lingkungan
6. Kegemaran
Dari struktur materi pembelajaran MMP untuk kelas I diarahkan pada pengenalan kalimat berita interaktif (KB + Kki) mis: Ayah tidur, Paman datang dst.
1.1.3. Memilih materi ajar aspek menulis di kelas tinggi SD
Materi pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV memuat berbagai kompetensi dalam aspek menulis seperti menulis tentang berbagai topik, pengumuman, pantun, dan surat. Dalam berbagai kegiatan menulis tersebut, siswa diharapkan nantinya dapat menulis dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dalam kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti penggunaan ejaan, huruf, dan tanda baca. Hal itu termuat dalam Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II ‖menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan, penulisan tanda baca dan huruf besar  
1.2. Merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
1.2.1. Memilih berbagai metode pembelajaran menulis permulaan yang dapat mengembangkan kemampuan dan kegemaran menulis siswa
Metode Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)
A. Metode EJA
Pada metode ini, memulai pengajaran dengan mengenalkan huruf alphabet ( A, B, C dst). Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai bunyinya menurut abjad.
Misalnya:
b,u,k,u menjadi
b.u → bu (dibaca be.u → bu)
k.u → ku (dibaca ka.u → ku) bu-ku dilafalkan buku
Setelah anak-anak menulis huruf lepas tersebut,kemudian anak-anak belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Proses selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,dari hal-hal yang mudah,akrab,familiar dengan kehidupan anak menuju yang sulit dan mungkin merupakan suatu yang baru nagi anak.
B. Metode Bunyi
Proses pembelajaran MMP melalui metode ini merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja di atas. Perbedaannya terletak pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).
Misal : Huruf b dilafalkan /eb/-- d dilafalkan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada kata benar,keras,pedas,lemah,dan sebagainya. Dengan demikian,kata ―nani‖ dieja menjadi : en.a → na en.i → ni → dibaca →nani
C. Metode Suku Kata dan Metode Kata
Pada metode ini,proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba,bi,bu,be,bo,ca,ci,cu,ce,co,dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Misalnya : ba-bi cu-ci ba-bu ci-ca bi-bi ca-ci
Langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata adlah sebagai berikut :
1. Tahap pertama,pengenalan suku-suku kata;
2. Tahap kedua,perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
3. Tahap ketiga,perangkaian kata menjadi kalimat sederhana;
4. Tahap keempat,pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan;
Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan,dan perangkaian,maka metode ini dikenal juga sebagai‖Metode Kupas Rangkai‖. Sebagian orang menyebutkan ―Metode Kata‖ atau ―Metode Kata Lembaga‖.
D. Metode Global (Metode Kalimat )
Proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui proses ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Agar membantu pengenalan kalimat yang dimaksud,biasanya menggunakan gambar. Di bawah gambar dimaksud, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Selanjutnya, setelah anak diperknalkan dengan beberapa kalimat,barulah proses pembelajaran MMP dimulai. Melalui proses pengurai menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,seperti kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,seperti kata,suku kata,dan huruf,selanjutnya anak mengalami proses belajar MMP. Misalnya : ini mimi i-ni mi-mi i-n-i m-i-m-i E. Metode SAS( Struktural Analitik Sintetik ) SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan mengenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap,yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk mambangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Dan akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Prosespenguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata-kata menjadi suku – suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
Pada tahap selanjutnya anak diajak menyimpulkan satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada satuannya semula,yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata,suku kata menjadi kata,kata-kata menjadi kalimat. Sehingga anak akan menemukan kembali wujud struktur semula,yakni menjadi sebuah kalimat utuh.
Misal :
ini mama
Ini mama
i-ni ma-ma
i n i m a m a
i-ni ma-ma
ini mama
ini mama
Dalam bermacam-macam metode yang biasa digunakan MMP dapat kita simpulkan bahwa tidak ada metode yang terbaik dan metode terburuk. Metode terbaik adalah metode yang paling cocok dengan pembawa metode tersebut.
1.2.2. Merancang berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berpikir siswa Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita Berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran menulis.
Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Menulis cerita Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu:
a) Teknik menyusun kalimat. Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: menjawab pertanyaan, melengkapai kalimat, memperbaiki susunan kalimat, memperluas kaiimat, subtitusi, transfomtasi, dan membuat kaiimat.
b) Teknik memperkenalkan cerita dapat dilakukan dengan: baca dan tulis, simak dan tulis; meniru model; menyusun paragaf; menceritakan kembali; membuat
2. Menulis untuk keperluan sehari-hari, yang meliputi:
a) menulis surat,
b) menulis pengumuman,
c) mengisi formulir,
d) menulis surat undangan,
e) membuat iklan, dan
f) menyusun daftar riwayat hidup.
Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan ceria lain, menceitakan mimpi, menceriakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita.
1. Menceritakan gambar.
Model ini dapat dilakukan mulai kelas 4 SD. Guru memperlihatkan beberapa gambar, selanjutnya, siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kemudian, mereka diminta untuk menuliskannya ke dalam centa lengkap.
2. Melanjutkan centa.
Model ini diawaii dengan kegiatan guru membacakan atau memperdengarkan cerita yang dipilih guru, kemudian para siswa diminta melanjutkan cerita guru tersebut.
3. Menceitakan mimpi.
Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan mimpinya dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka.
4. Menceritakan pengalaman.
Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan pengalaman, baik pengalaman saat liburan, bermain,darmawisata, dan sebagainya.
5. Menceritakan cita-cita.
Model ini dilakukan dengan cara menugasi siswa untuk menceritakan cita-citanya setelah dewasa nanti. Pembelajaran menulis di kelas tinggi diarahkan pada kegiatan menulis lanjutan. Dalam kegiatan menulis lanjutan siswa diharapkan dapat mengembang-kan kemampuan menulisnya dalam bentuk yang lebih beragam. Jenis tulisan yang bisa dikembangkan pada kegiatan menulis lanjutan ini adalah menulis pantun, puisi, surat, dan prosa
1.2.3. Memperjelas perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Secara umum tahapan evaluasi pembelajaran terdiri atas 4 tahap, yaitu
(1) tahap persiapan,
(2) tahap pelaksanaan,
(3) tahap pengolahan hasil, dan
(4) tahap tindak lanjut.
Berikut ini penjelasan singkat tentang keempat tahap evaluasi pembelajaran tersebut.
(1) Tahap Persiapan Menurut Damaianti (2007: 8) tahap ini disebut juga tahap perencanaan dan perumusan kriterium.
Langkahnya meliputi:
(a) perumusan tujuan evaluasi;
(b) penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi;
(c) menetapkan metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes);
(d) merencanakan waktu evaluasi;
(e) melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas dan reliabilitasnya.
Menurut Damaianti (2007: 11) tes kesastraan sebaiknya diprioritaskan pada kemampuan apresiasi sastra yang meliputi hal-hal berikut ini.
(1) Soal kesastraan tingkat informasi Soal bentuk ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan siswa yang berkaitan dengan data-data suatu karya sastra, selanjutnya data-data tersebut digunakan untuk menafsirkan karya sastra.
(2) Soal kesastraaan tingkat konsep Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau unsur-unsur yang ada pada karya sastra. Siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan data yang ada pada karya sastra yang bersangkutan.
(3) Soal kesastraan tingkat perspektif Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana pandangan siswa sebagai pembaca terhadap sebuah karya sastra. Dengan memberikan pandangan dan reaksi terhadap karya sastra, siswa dituntut untuk memahami karya sastra yang bersangkutan. Siswa dituntut juga untuk menghubungkan antara sesuatu yang ada di dalam karya sastra dengan sesuatu yang ada di luar karya sastra.
(4) Soal kesastraaan tingkat apresiasi Soal bentuk ini berkaitan dengan usaha mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya lalu membandingkan keefektifannya dengan penuturan bahasa yang digunakan sehari-hari. Untuk dapat menjawab soal bentuk ini siswa dituntut untuk mengenali, menganalisis, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam karya sastra yang dianalisisnya
1.3. Menampilkan keterampilam berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis)
1.3.1. Merumuskan hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca, dan menulis a. Membaca A. Definisi Membaca Membaca merupakan proses berpikir atau bernalar (proses aktif dan bertujuan) yang dilakukan melalui proses mem persepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan yang dilakukan oleh pembaca.
Beberapa ahli mencoba memberi definisi ―Membaca‖, antara lain :
• Farris (1993:304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.
• Syafi‘i (1999:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
• Dalam KBBI (2000:62) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
B. Tujuan Membaca
Perlu disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit.
Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di antaranya untuk:
- Memahami aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks
- Memahami pesan yang ada dalam teks
- Mencari informasi penting dari teks
- Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas
- Menikmati bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual
C. Metode Pengajaran Membaca
Terdapat beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1. Metode Reseptif
Metode ini mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak sebagai pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang kreatif Proses tersebut dilakukan dengan strategi tertentu melalui kegiatan visual untuk mencocokkan huruf atau melafalkan lambang bahasa tulis untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis. Dalam membaca, pembaca mengolah informasi secara kritis, kreatif y ang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyelur uh. Pada akhirnya pembaca dapat memberikan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan tersebut.
D. Jenis Membaca
Jenis membaca ada dua yaitu:
(1) membaca nyaring, dan
(2) membac dalam hati.
Membaca dalam hati ada dua jenis ya itu:
(1) membaca ekstensif, dan
(2) membaca intensif.
Teknik membaca ada lima langkah yaitu:
(1) survey,
(2) question,
(3) read,
(4) recite (recall), dan
(5) review.
Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca ada empat yaitu faktor:
(1) kognitif,
(2) afektif,
(3) teks bacaan, dan
(4) penguasaan bahasa
E. Manfaat Membaca
1. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan,
2. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,
3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata,
4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,
5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan mengingkatkan memori dalam pemahaman,
6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana,
7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup,
8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat, terutama buku-buku yang ditulis oleh penuli-penulis muslim yang saleh. buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia memiliki pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,
9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya gara tidak sia-sia, dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat,
10. Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).
Pengertian membaca
Membaca pada hakeketnya adalah proses ecoding oleh penerima pesan,yaitu poses memaknai bentuk-bentuk bahasa yang tertulis sehingga pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat diterima oleh pengirim dapat diterima secara utuh Manfaat membaca,dengan membaca kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa waktu lampau atau waktu sekarang ditempat lain atau cerita yang menarik tentang kehidupan didunia.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi,memahami makna bacaan.
Ragam Membaca
1. membaca intensif
Membaca intensif adalah membaca dengan hati-hati dan teliti sekali dan biasanyapun cara membacanya sangat lambat-lambat.tujuanya adalah untuk memahami bahan bacaan itu sampai kepada bagian yang terkecil.
2. membaca kritist
Kegiatan ini merupakan jenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,bukan hanya mencari kesalahan belaka.
3. membaca cepat
Membaca cepat mencakup dua jenis kegiatan yakni skimming dan scaning.
skimming merupakan teknik untuk mencari hal-hal yang penting atau untuk mencari pokok bacaan.
scanning merupakan teknik membaca untuk mendapatkan informasi tanpa membaca yang lain.
4. membaca untuk keperluan praktis
Digunakan sebagai sarana untuk memahami setiap bacaan yang perlu untuk dibaca dengan praktis sesuai dengan kebutuhan masing-masing atau tujuan yang akan dicapai.
5. membaca untuk keperluan studi
Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan,baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas pemahaman yang komperensif tentang isi buku tercapai.

b. Menulis
1. Pengertian menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
2. Fungsi dan tujuan menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat.
Situasi yang harus di perhatikan dan dimanfaatkan itu adalah :
a. maksud dan tujuan penulis
b. pembaca atau pemirsa
c. waktu dan kesempatan.
Hugo Harting merangkum tujuan penulisan sebagai berikut :
a. Assignment purpose(tujuan penugasan)
Penulis menulis sesuatu karena di tugaskan bukan atas kemauan sendiri.
b. Altruistic purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalaranya , ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Persuasive purpose(tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
d. Informational purpose(tujuan informasional,tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan /penerangan kepada pembaca.
e. Selfexpressive purpose(tujuan pernyataan diri)\ Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
f. Creative purpose(tujuan kreatif) Tulisan yang mencapai nilai nilai artistic,nilai-nilai kesenian.
g. Problem-Solving purpose Sang penelis memecahkan masalah yang dihadapi.

RAGAM / JENIS TULISAN

1. NARASI
Adalah jenis karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu.Narasi terdiri dari narasi ekspositoris dan narasi artistik/literer.
2. DESKRIPSI
Adalah jenis karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu obyek sehingga pembaca ikut merasakan apa yang dituliskan si pengarang.
3. EKSPOSISI
Adl jenis karangan yang bertujuan menambah pengetahuan pembaca dengan cara memaparkan informasi secara akurat.
4. ARGUMENTASI
Adl jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca dengan bukti yang jelas sehingga pembaca dapat percaya.

1.3.2. Menemukan isi atau pesan pokok wacana lisan monolog dan dialog dalam kehidupan seharihari, seperti berita, pidato
1.3.3. Menemukan isi atau pesan pokok dalam wacana naratif seperti cerita rakyat, puisi
1.3.4. Membandingkan berbagai jenis wacana bahasa Indonesia (deskripsi dan narasi)

Menulis Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.

Jauh di sana di tepi sungai,tampak seorang perempuan yang masih muda berjalan hilir mudik, kadang-kadang menengok ke laut, rupanya mencari atau menantikan apa-apa yang boleh timbul dari dalam laut yang amat tenang laksana aiar di dalam dulang pada ketika itu, atau arti pihak manapun. Pada air mukanya yang telah pucat dan dan tubuhnya yang sudah kurus itu, dapatlah diketahui, bahwa perempuan itu memikul suatu percintaan yang amat berat. Meskipun mukanya telah kurus, tetapi cahaya kecantikan perempuan itu tiada juga hilang. (dikutip dari ―Bintang Minahasa‖ karya Hersevien M.Taulu ,2001:65)

Menulis Narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita.
Seperti kalau orang bercerita tentang
―mengisi liburan sekolah‖,
―mendaftarkan diri ke sekolah‖,
―pengalaman berkemah di hutan‖,
―kecelakaan lalu lintas di jalan raya‖, atau
―pertandingan olahraga‖.
Cerita itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri, teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah narasi terdapat tiga unsur pokok, yaitu : peristiwa, tokoh, dan konflik. Ketiga unsur itu diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur. Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu. Contoh: Pertandingan antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung sangat mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan skor 6-2. Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut set kedua. Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis 7-5. Memasuki set ketiga, Tamarine tampaknya mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya diri apalagi ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton.

1.3.5. Menyusun berbagai bentuk/jenis tulisan surat
Bentuk tulisan surat yang lazim dipergunakan ada 5 yaitu:
1. Bentul lurus penuh ( full block style)
2. Bentuk lurus ( block style)
3. Bentuk setengah lurus (semi block style)
4. Bentuk lekuk (indented style)
5. Bentuk paragraf mengantung (hanging paragraph)

Jenis-jenis surat

Surat pribadi, yaitu surat yang dikirim oleh seseorang kepada orang lain atau suatu organisasi/instansi. Surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya kepentingan pribadi. ( surat keluarga dan surat lamaran pekerjaan)

Surat Resmi, Suarat yang disampaikan oleh lembaga/instansi kepada seseorang ataupun instansi/lembaga lain. (Surat dinas pemerintah, surat niaga & Surat sosial)

1.4. Mengkreasikan apresiasi sastra Indonesia yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia

1.4.1. Menganalisis unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra prosa, puisi
Unsur-unsur dalam Karya Sastra
Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur instrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.
Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb. Sementara unsur intrinsik terdiri atas:
Tema Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:
• Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
• Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
• Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
• Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
• Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
• Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks. Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak pernah terlihat secara jelas.
Karakterisasi Cara penulis menggambarkan karakter.
Ada banyak cara untuk menggali penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik.
Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung oleh penulis atau narator.
Teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter lain, pendapat karakter lain, dsb.

Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot.
Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal Individu-diri sendiri:
Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai.
Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik eksternal Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam.
Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Seting Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita
Plot Jalan cerita dari awal sampai selesai
• Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
• Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
• Falling action: penyelesaian
• Simbol Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian)
• Sudut pandang Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata ―aku‖.
Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‗kamu‘ atau ‗Anda.‘ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita. Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
Teknik penggunaan bahasa Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
Ciri-ciri karya sastra
KESUSASTRAAN; berasal dari bahasa sansekerta yaitu susastra yang berarti indah.
Jenis karya sastra dapat dibagi menjadi tiga; puisi, prosa dan drama.

PUISI : Salah satu jenis karya sastra yang memiliki unsur sajak, bait, baris dan tipografi.
Ciri-ciri puisi : Terdiri dari beberapa bait
1. Memiliki pencitraan
2. Memiliki sajak/rima
3. Memiliki tipografi
4. Memakai konotasi
5. Bahasa lebih padat

PROSA : Salah satu jenis karya sastra yang berupa karangan yang mencritakan tentang kehidupan manusia dan tidak terikat oleh unsur-unsur dalam puisi.
Ciri-ciri prosa :
1. Berbentuk bebas dalam susunan paragraf
2. Tidak terikat pada bentuk puisi
3. Memiliki unsur intrinsik

DRAMA : Salah satu jenis karya sastra yang dimainkan sekelompok orang kemudian dipentaskan di atas panggung.
Ciri-ciri drama :
1. Terdapat pemeran tokoh cerita
2. Dialog lebih dominan dan ditampilkan dalam bentuk lisan
3. Dopentaskan berupa gerak, mimik dan suara
4. Terdapat babak dan adegan
5. Terdapat gambaran panggung
6. Memiliki properti

1.4.2. Menyusun langkah-langkah membuat parafrase puisi ke prosa
Adalah mengubah puisi dalam bentuk prosa/memprosakan puisi/mengartikan (menceritakan) dalam prosa Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
a. Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b. Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. Dalam puisi tidak hanya tiap larik puisi yang mempunyai pertalian makna, melainkan juga antar bait dengan bait. Dengan begitu larik dan bait sebuah puisi akhirnya membentuk atu kesatuan makna yang utuh. Makna puisi: multi-interpretatif. Langkah-langkah parafrase: - Bacalah berulang-ulang - Artikan kata kiasan/kata sulit/simblolisasi jika ada - Tambahkan kata atau frase tertentu yang sengaja dihilangkan penulisnya (jika perlu) - Tambahkan tanda baca - Susun dala bentuk kalimat-kalimat yang membentuk paragraf

1.4.3. Menilai prosa
PROSA Adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk paragraf/bab/bagian yang memiliki koherensi/kesatuan pikiran Unsur Instrinsik Prosa - Tema : gagasan/ide/dasar cerita - Alur : tahapan cerita yang bersambungan. meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan. Dilihat dari padu tidaknya cerita alur dibagi dalam alur rapat dan alur longgar.

1.4.4. Mengapresiasi drama Tingkat apresiasi dalam pengertian ini dilihat dari daya tanggap, pemahaman, pengkhayalan, dan ketrampilan. Dengan demikian menyangkut pula pengertian tingkat kesiapan dalam menanggapi, memahami, menghayati, dan keterampilan dalam tingkat apresiasi sastra.
Menurut Mio (1991:19) tingkat-tingkat apresiasi sastra drama, khususnya pembacaan drama dan prosa dapat dibagi atas empat, yaitu:
1. Pembaca yang telah dapat merasakan karya sastra itu sesuatu yang hidup, dengan pelaku-pelakunya yang mengagumkan. Mereka telah dapat terbawa dalam cerita atau drama yang sedang dibacanya, yang sering diiringi oleh ketawa, menangis, membenci seorang pelaku, dan sebagainya.
2. Pembaca yang telah dapat melihat dalamnya perasaan atau jika mereka telah dapat mengungkapkan rahasia kepribadian para pelaku satu drama berarti selangkah lebih maju dari pembaca di atas, Pada tingkat ini pembaca drama tidak saja menikmati kejadiankejadian dalam drama secara badaniah, tetapi lebih banyak pada apa yang terjadi dalam pikiran pelaku.
3. Pembaca drama yang telah dapat membandingkan satu drama dengan yang lain dan dapat memberikan pendapatnya mengenai satu karya, juga telah dapat membaca karya yang lebih sukar dengan kenikmatan.
4. Pembaca yang telah dapat melihat keindahan susunan dialog, setting simbolis, pemakaian kata-kata yang berirana yang disajikan oleh sastrawan, telah mampu memberi respons pada daya sastra yang merangsang mereka berpikir dan memberi respons pada seni yang disajikan sastrawan.

Tingkatan Apresiasi Sastra
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
(4)Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Hasyim (1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai berikut.
(a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
(b) Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak.
Pada tahap pertama (kelas 1-3 SD) , bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat disamakan. Untuk selanjutnya ( kelas 4-6 SD) secara berangsurangsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.
(c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak. Apa yang dikemukakan oleh Hasyim sejalan dengan Pramuki (2000) bahwa hendaknya cerita yang diberikan kepada anak adalah cerita yang sesua dengan tingkat perkembangan usia anak-anak, yakni: usia 6-9 tahun lebih menyenangi cerita yang bertema kehidupan sehari-hari sampai termasuk dongeng hewan dan cerita lucu, usia 9-12 tahun menyukai cerita yang bertema tentang kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realistis, cerita fantastis, dan cerita petualangan.

Tidak ada komentar: